Jumat, 01 Juni 2012


Ranggasela

Lukisan barat merah jingga, “benar” masih terbayang dalam sanubariku. Perlahan jingga telah kabur  ditelam kelam “aku juga manusia”.
Teriakan di puncak gunung menggemah hingga langit biru jadi merah kuning jingga, terdiam dalam pertapa tak bertepi. Senja kini telah tenggelam, alam pun telah malam, kelam mencekam  hingga biru, merah, kuning, jingga dan juga gelap jadi pelangi malam dalam pertapaku.
“ya! pelangi malam, mungkin ini kisahku yang akan kukabarkan pada alam”
“pada alam!”
Alam tak memberi jawaban tentang pelangi dalam hidupku.
“apakah pelangi itu?”
Kembali lukisan barat merah jingga terbayang dalam mataku, aku belum bisa lepas dan aku tak bisa melepasnya, separuh hidupku kulukiskan di dalamnya.
Namun pelangi itu menggodaku dengan warna-warni warnanya, “Tuhan tunjukkanlah jalanMu”
Kini dalam ranggasela aku berjalan mengikuti arus, entah kemana dan dimana ia akan berhenti. Tapi tak jiwaku berkata harus tapi tak ragu berkata tidak.
Lagi lagi dan lagi, pelangi itu menyihir dengan mata sendunya. Hingga sanja hari tiba.
Aku di sini melihat senja dalam kota, tak munkin, gedung pencakar langit bukanlah gunung yang bisa didaki. Aku disana melihat pelangi malam dalam sunyi, tak munkin, dalam gelap pelangi takkan bercahaya. Lalu jika pelangi muncul dalam senja dapatkah aku meraih keduanya!
Ngigau dalam siang bolong  terus terulang, lagi, lagi dan lagi.
Tapi benar, aku tak berdusta sendu bening matanya terpancar kala senja menyihir jiwa untuk berkata cinta. Namun janjiku pada senja diakhir semu akan bertemu hingga malam tak berubah.
Dosakah aku menemani malam yang kesepian? hinakah aku menyanyangi senja saat malam sudah tiba.? Jawabnya kini belum terungkap, hanya angan dan harapan bahagiakan jiwa.
Kini setelah enam puluh rembulan telah senja kukira akan jelas terawang dalam kabut, nyatanya awan badai belum juga kabur malah kini senandung senja membanyang dalam pelupuk entah kemana. Aku tak tahu?
Setelah senja kabur dalam impian rembulan jadi pelangi malam dalam mimpiku, tapi apakah ada pelangi malam itu? Jika ada, adakah ia mau menamani hati sepi ini? Sebab malam membunuh impian hingga kerinduanku tak kunjung berhenti.
                             End.

Tidak ada komentar: